Bajing Loncat
Seusai lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), saya langsung menyusul keluarga di nkota Depok Jawa Barat. Ibu yang dari dua tahun lalu sudah meninggalkan saya rindu akan kehadiranku, begitu juga sebaliknya. Wajar rasa rindu itu timbul diantara anak dan ibu yang telah lama berpisah. Kakak perempuan saya juga tinggal di Depok. Kelurga saya hijrah ke Depok bukan tanpa sebab. Mereka pindah lantaran ada suatu masalah yang pelik dengan terpaksa lari ke Kota Depok. Semenjak ibu pindah, disitulah awal mula prang tua saya menggeluti dunia pinggiran
Ibu saya menjadi seorang pengepul brang bekas, sedangkan bpak saya bekerja sebagai sopir di salah satu supplier besi tua. Bokap lebih sering kirim barang ke Pulogadung. Disana bokap saya akrab dengan orang sana slah satunya Aden anak pupar. Melihat saya yang lulus sekolah nganggur dirumah, bokap dan ibu saya tidak tega melihatnya. Bokap saya mengusulkan agar saya ikut kerja bersama Aden mejadi kuli panggul yang dijanjikan mendapat gaji 50 ribu per hari. Saya pikir lumayan untuk uang jajan sekaligus mencari pengalaman kerja, sayalangsung menyetujuinya. Ibu saya manut saja asalkan itu baik.
Semenjak itu saya masuk dalam dunia yang benar-benar gila, dimana rasa malu seolah telah tiada. Dunia tanpa belas ksihan sedikitpun yang didalamnya berlaku hokum rimba. Tentu semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya begitu pula kedua orang tuaku. Mereka sangka pekerjaan ini tidak terlalu buruk karena ibu saya tidak tahu bagaimana situasi disana, sedangkan terlihat jelas raut wajah bokap saya ketika melihat saya memanggul karung yang berisikan potongan-potongan besi. Itu memang mencari pekerjaan yang bagus bukanlah perkara gampang. Karena waktu yang serba naggung hampir memasuki bulan puasa juga turut menjadi faktor. Sangat jarang lapangan pekerjaan akan menerima tenaga kerja. Saya mencoba untuk melakoninya.
Awal mula saya senang karena mendapatkan hal-hal baru dan ini adalah pertama kalinya saya bekerja. Saya ikut bokap yang kebetulan kirim barang ke Pulogadung. Disuatu tempat yang asing saya dititipkan kepada Aden, ia Bang Aden begitulah saya memanggilnya. Kami berangkat dari gudang miliki ibu Tutik yang berada di daerah kelapa dua jam tiga malam selama perjalanan saya terlelap dalam tidur, bangun tiba-tiba sudah di suatu tempat yang aneh menrutku. Penuh debu dan besi karat. Saya mengira itu adalah tempat kerja saya, ternyata bukan. Kita harus jalan kaki terlebih dahulu untuk menuju tempat kerja. Timbukl penasaran besar dalam pikiranku, kenapa besi-besi itu harus diturunkan di tempat itu?? Bila tempat peleburannya harus ditempat lain. Tak begitu lama saya mengetahui bahwa itu semua adalah jatah untuk Bang Aden, memang itu buka hal yang baik dan itu adalh pencurian. Wajar dalam dunia yang demikian gampang dan sering terjadi tindakan kriminal namanya saja dunia hitam. Kewajaran yang salah. Apapun yang dapat dimakan akan dilahapnya. Jika kotoran kucing laku dijula, maka akan mereka jual. Dunia yang penuh dengan kejahiliyaan. Yang anehnya lagi Bang Aden kaget melihat saya sholat. Entah apa yang menjadikannya terkejut, karena mereka jauh dari agama atau yang lain juga saya tidak tahu pasti.
Keselamatan saya selama disana sudah medapat jaminan oleh Bang Aden. Saya mendapat penuturan agar tidak banyak tahu urusan orang lain, karena nanti bias membahayak keselamatanku. Saya sedikit binggung dengan apa yang dikatakan laki-laki sumbing itu. Kami berhenti die warung yang terletak di depoan pabrik peleburan besi. Disana sudah berbaris panjang mobil-mobil bermuatan besi karat. Anehnya lagi mobil yang telah menunggu lama kesrobot pleh mobil yang baru parkir. Siapa bayar lebih mahal akan mendaptkan nomoer antrian kecil, yang pasti bukan pihak pabrik yang mengatur melainkan orang-orang gila yang mengaku pemilik wilayah setempat. Mobil kecil dikenakan biaya 20 ribu,truk 25 ribu, fuso 50 ribu. Dan bukan hanya sekali tarik oleh oknum-oknum itu. Masih ada lagi dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal. Pemerasan sangat terlihat disana.
Saya hanya sebagai anak buahnya saja. Stiap minggu ganti bos dan saya ikut bos yang bernama Gadang. Daerah itu dikuasai oleh tiga bos yang berbeda salah satunya adalah kakak dari Bang Aden. Sapai sekarang saya belum mengetahu bagaimana perawakannya. Satu minggu saya berada dibawah komando Bang Gadang itu. Sungguh tidak mengenakkan hidup dibawah tekanan orang, apalagi orang tersebut bias dibilng kejam.tubuhnya gede gempal berambut gondrong. Suarany keras serak sepertti petir ditambah gaya bicaranya yang sering melotot kepada lawan bicaranya membuat mental setiap lawan bicaranya menjadi down,,. Dia berbicara biasa bagi saya seperti berteriak. Karena memang keras dan tidak enak didengar. Hingga pernah ada suatu kejadian yang mengakibatkan Bang Gadang murka. Ketika ada mobil fuso dari bandung yang tidak mahu berhenti parkir dan ketika digledah ternyata tidak ada barang(besi) sedikitpunyang disisahkan untuk kita. Hampir saja mobil itu jadi rongsokan besi tua yang takk berguna. Sang sopir dimarahi habis-habisan, semua orang diam. Banyak hal gila yang hamper saja dilakukan. Akhirnya mobil itu dibalacklist tidak bolehbongkar barang dipabrik itu lagi.
Itulah seklumit kisah kehidupan yang pernah saya alami ketika menjadi bajing loncat. Masih berjuta-juta kisahlagi yang tidak saya muat karena terlalu banyaknya dan, tangan saya sudah lelah mengetik.heheh cukup sebagai pengalaman yang patut tuk diabadikan. Itu semua menambah lembaran sejarah dalam hidupku
Komentar