Serabutan


Tidak salah bila beranggapan bahwa kenyamanan dalam bekerja adalah segalahnya. Keiklasan dalam mengupayakan suatu hal akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Ketenangan pikirandan batin menjadikan pekerjaan yang berat dapat dilakoni meski dengan kerja keras. Tetapi dibalik kerja keras itu ada kenikmatan tersenderi karena dilakukan seirama denganhati kita. Begitu juga dengan sebaliknya bekerja tanpa dilandasi keiklasan akan membuat diri ikita enggan berbuat, walau hal itu terbilang mudah. Hal sekecil apapun bila tidak ada kemauan untuk melakukan itu, seolah tubuh menanggung beban yang amat berat dan lemas. Kalau orang jawa bilang aras-arasen/gak doyo.

Entah pekerjaan yang berat atau memang diri saya yang terlalu manja. Serba dibantu oleh orang lain tidak melakukan secara mandiri. Ini membuatku sempat termenung cukup lama untuk memikirkan hal itu. Tarasa bimbang dan galau aku mencoba untuk menghaturkanya. Mencoba melepaskan kejenuhan, kepenatan dak ketidaknyamanan yang aku rasakan. Saya membutuhkan seseorang atau siapapun untuk untuk berbagi cerita yang taklain untuk menghilangkan atau paling tidak ya mengurangi beban dalam hati dan pikiran. Nampaknya tak ada seorang pun yang bias menjawab rasa itu, hingga aku bersimpuh kepada Sang Illahi Rabbi. Saya sholat dan berdoa, agar kepenatan dan rasa apapun itu sirna. Subhanallah, sungguh dasyat apa akau rasakan setelah itu. Ketika rasa itu telah mencapai puncak yang hebat dan aku luapkan semua unek-unek melalui doa, berangsur-angsur rasa itu memudar dan ketenangan berlahan menyelimuti

Tidak berlebihan bila saya menganggap teman adalah segalahnya. Dengan adanya teman kita dapat mengisi waktu luang dengan canda tawa atau gojoklan-gojoklan yang mampu menghangatan suasana. Sangat berbeda dengan diri yang sendiri. Kesendirian itu sangat menyiksa, sangat membosankan, tak ada ruang lingkup untuk kita berkomunikasi denga bebas. Terutama dalam hiburan.

Disaat itu saya hanya bertemankan dengan sepasang suami istri dari kota Sumedang. Wajar saja bila saya kurang bias berkomunikasi dengan mereka, karena baha yang mereka gunakan adalah bahasa sunda. Meski mereka juga mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan bik, tapi mereka berdua tergolong orang yang pendiam tidak banyak bicara. Saya merasa kikuh dalam beradaptasi dilingkungan tersebut. Selin itu, rentang usia yang relatif jauh menjadikan perbincangan yang kurang komunikatif. Apalagi saya juga tergolong orang yang kurang banyak bicara kepada orang yang belum saya kenal dengan baik. Semestinya orang yang rajin berbicara/banyak biocara dipadukan denga orang yangkurang banyak bicara sehingga komunikasi dapt berjalan dengan baik, tidak sepi ataupun terlalu ramai.

Bapak ipin adalah tukang di bengkel kayu UD.MANDIRI,sedangkan istrinya membuka kios kecil-kecilan yang menyajikan minuman ringan dan rokok yng berada didepan bengkel Fernando. Ia itulah nama orang pemilik yang kerap saya panggil Abang Nando. Pemuda keturunan batak itu memiliki banyak usaha yang berbeda jenis dan di bengkel kayu UD.MANDIRI itulah saya bekerja. Saya diperkjakan sebagai tangan kanan Abang Nando. Tugas saya mengawasi keluar masuk barang. Kenapa tidak mengambil orang sunda atau batak sendiri? Mengapa mengambil saya yang notabene adalah keturuna jawa aslli. Itu tak lain karena orang jawa dikenal sebagai pribadi yang jujur dan penuh denga kesabaran. Itu merupakan suatu pekerjaan yang terbilang mudah, berhubung kenyaman tidak ada disana semua itu berubah menjadi sulit dan berat. Dan kenyamanan itu tidak adanya teman bicara.

Saya mendapat gaji 750 ribu bersih per bulan makan dan tidur ditempat itu. Seharusnya itu menjadi suatu keuntungan bagi mereka yang merantau, tapi tidak untuk saya. Justru dengan tinggal disana membuat saya merasa jauh dari keluarga. Selama tiga hari berturut-turut saya belum juga mendapatkan jatah makan yang semestinya. Terpaksa saya harus merogoh kantong untuk bertahan hidup disana, walu Bang Nando pernah mengasih saya uang tapi itu sudah habis untuk dua kali makan saja. Sekali makan lima ribu rupiah, tinggal kita kalikan saja berapa duit yang harus kita keluarkan jika saya tetap bertahan disana. Belum ap-apa dudah mengeluarkan dna yang sedemikian. Belum juga untuk membeli hal-hal yang lain seperti obat nyamuk karena memang saya tidur di gudang barang. Harus begelut dengan debu setiap harinya, bahkan untuk tidur juga masih berkutat dengan itu-itu juga. Saya berfikir bahwa ini tidak dapat diteruskan , tentu uang yang saya miliki tidak cukup untuk menompang kehidupan disana slama satu bulan pertama. Selain itu say juga sedng menunggu panggiln di PT.CV.TIKI.

Saya adalah tipe orang yang mudah sekali bosan dengan hal yang sejenis. Hidup dilingkungan yang asing tak ada teman curhat terasa hampa walau aat itu jarak antara rumah hanya sekitar 15 km. Banyak rasa yang saya rasakan. Antara rindu keluarga hingga teman. Baru saya sadari bahwa betapa lemahnya saya hidup tanpaorang lain, tanpa keluarga, tanpa teman yang selalu menghibur dikala kita sedih. Kehangatan keluargsa dan semua warna-warni yang ada didalamnya membuat saya tidak bisa meninggalkan rumah dan penghuninya. Begitu pula dengan teman yang tiap kali menghibur dan berbagi kebahagian bersamanya. Rindu rasanya saya dibuatnya. Aneh, tapi memang itu yang saya rasakan.

Teringat saat itu hari minggu tgl.18-9-2011 disaat hari sudah terik ada truck yang akan bongkar muatan yang berisikan kayu balok dan papan yang beratnya masing-masing memiliki berat yang hebat. Sempatsaya bergumam dalamhati “pantas saja orang yang bekerja di kayu memiliki badan yang gempl”. Saya membuat sedikit kesalahan kecil , saya menurunkan balok kayu dengan tidak hati-hati nkarena terlalu berat balok kayu yang saya bawa spontak saya lepaskan begitu saja dn hamper mengenai tangan dari sang sopir itu. Sopir itupun marah, lontaran kata-kata kasarnya keluar. Saya menjadi gusar , milai saat keadanm,ulai tidak nyaman lagi. Ingin rasanya membalasnya dengan cacian tapi dia lebih tua, badannya juga lebih gempal bisa remuk saya bila berkelahi dengannya. Pautan umur yang berbedah jauh antara kepala satu dengan kepala tiga yang sulit untuk menang bila duel secara fisik. Anehnya saya takut. Saya merasa mental yang saya miliki ngedrop, dan itu bukan mental seorang pendaki. Kesabaranku benar-benar di uji oleh Sang Pencipta melalui keadaan.

Tgl.19-9-2011, hari senin at:5.39 pm. Hari itu merupakan hari yang melelahkan. Saya harus memindahkan kayu balok dan papan yang beratnya lagi-lagi mencapai 50 kg sebanyak 8 batang dan ditambah 2 batang papan ukuran besaryang lbih berat lagi, jadi jumlahnya da 10 batang kayu yang harus saya pindahkan. Kayu-kayu itu harus dipindahkan ke rumah yang berada di dalam Perumahan Kalimulya. Untung saja Pak Ipin membantu mengangkat 2 papan kayu yang besar tadi. Dengan upah 20 ribu rupiah itu saya disuruh mengantar kerumah yang jaraknya sekitar 350 m. dapat dibayangkan seperti apa itu. Kini pundakku terdapat jejak berupa luka merah dan lebam akibat dari pada itu.

Tgl.20-9-2011, hari selasa at:1.49 pmsayta mengambil keputusan untuk keluar. Saya sudah tidak tahan dengan kondisi seperti itu. Saya mencoba untuk berkomunikasi dengan Bang Nando. Nampak jelas raut wajahnya menggambarkan kekecawaan. Mau bagaimana lagi, saya juga tidak bisa berlama-lama disana , jujur saya tidka bisa membohongi hati kecil saya. Dunia ini terasa hampa, jiwa ini terasa dipenjara dalam jeruji-jeruji transparan. Sempat ada rasa irih terhadap teman-teman yang lain, dimana mereka asyik dalam menuntut ilmu, mendapati teman dan kehidupan yang menyenangkan. Tapi apa yang terjadi dengan diriku. Tiba-tiba terlintas sebuah sponsor rokok di layar kaca “kalau disyukuri, pasti ada saja nikmatnya”. Mungkin itu adalah pengingat saya bahwa semua hal harus kita syukuri. Dalam riwayat lain dikatakan “barang siapa yang tidak bisa mensyukuri nikmat yang kecil, niscaya tidak dapat mensyukuri nikmaat yang besar”. Dari situ saya mencoba untuk mensyukuri apa yang ada, ternyata mereka juga mendapati ujian yang sama beratnya namun caranya yang berbeda. Sungguh Allah itu Maha Adil,,,

Kesokan harinya saya putuskan untukpulang sendiri tanpa ada yang mengantar. Saya naik angkut kea rah terminal dan turun di TIP TOP, kemudian naik lagi angkut 02 arah depok timur turun di samiaji. Sayapun dapat melepaskan kerinduan pada keluarga, dan lansung disiapkan makanan khas kota saya yaitu soto.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Acute Sickness Mountain (AMS) dan Cara Mengatasinya

Pengais Rizeki

Pagi yang Basah