Jangan Menyerah

depok, minggu 9-10-2011

“tak ada manusia yang terlahir sempurna, jangan kau sesaliapa yang telah terjadi,,”. Lirik lagu di atas diambil dari band papan atas di negeri kita ini dengan judul “Jangan Menyerah” oleh D’masiv. Bahwa setiap manusia terlahir ketidak sempurnaannya dan kita tidak boleh menyesali itu semua. Mungkin aku perlu menambahkan sedikit pengalaman pribadi saya yang erat kali dengan lirik lagu diatas. Sekedar untuk berbagi, toh tidak ada buruknya dan mungkin dapat dijadikan suatu pertimbangan apabila ada di antara kalian yang sedang mengalami ujian kehidupan.

Tak perlu banyak cakap, langsung saja kecerirta. Ketika itu aku masih bersekolah disalah satu sekolah di kota Bojonegoro yaitu SMAN 2 Bojonegoro tepatnya kelas X-7. Situasi keluargaku saat itu sangt pelik, secara otomatis saya pun merasakan efek dari konflik tersebut. Selama sekolah disana saya tinggal bersama budhe saya yang bernama Sulastri ibu dari mz rokhim. Saya terolong bukan anak yang pandai, berprestasi, cerdas dan lain-lain. Kemampuan akademis saya terbilang setara dengan yang lain tidak kurang dan tidak lebih. Bahkan kebanyakan temanku sat ini menempuh perguruan tinggi karena lolos melalui seleksi uutul(ujian tulis). Saya sekolah di Bojonegoro ini lantaran saya tidak keterima di SMA negeri yang ada di kota saya yaitu Lamongan. Jadi saya berada di bumi angkling darmo hanyalah pelarian untuk mengejar sekolahan yang berstatus negeri dan sudah pasti itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Saat itu ibuku yang baling berjasa, ibu berusaha secara makimal agar saya dapat bersekolah disekolahan yang baik meski harus menguras kroscek lebih dari kemampuan kita. Hutangpun dilakukan karena betapa cintanya ibuku kepadaku. Itu sebabnya ada yang namanya Hari Ibu dan tak ada Hari Bapak. Aku bersyukur memiliki seorang ibu yang demikian adanya.

Sebagai seorang anak pasti tidak ingin menyusahkan hati kedua orang tuanya, begitu juga saya. Saya sempat menceritakan atau berbagi kepada teman yang kebetulan memiliki nasib yang hampir sama denganku, haiyina ulin dan kerap ku panggil unyil. Ia juga tidak diterima di Lamongan tapi NUMnya sedikit lebih baik dari pada saya dan masuk di SMA N 1 Bojonegoro. Saat ini ia menmpuh pendidikan di perguruan tinggi di Surabaya tepatnya Airlangga. Saya mencoba menjalani apa adanya, saya ikuti saja mungkin ini yang dinamakan takdir. Saya jalani mencoba untuk bangkit. Teman baru, tempat baru dan pribadiku juga harus baru.

Beberapa minggu saya menjalani aktifitas dengan lancar. Uang jajan dan keprluan lainnya juga di jatah oleh orang tua dengan baik. Tapi setelah beberapa bulan kedua orang tuaku bertengkar, saya anggap hal kecil yang wajar saja terjadi dalam lingkup keluarga. Saya mencoba konsen lagi terhadap pelajaran disekolah. Tapi masalah tak kunjung selesai bahkan brtambah rumit dengan terbelitnya hutang. Otomatis saya juga turut merasakan imbas dari pada itu. Biaya kehidupan di Bojonegoro tersendat, pelajaran pun tidak spenuh hati lantaran pikiran y ang terbang kesana-kemari. Yang membuatku semakin sedih ketika ibuku harus menghadapi pegawai bank dan koperasi yang kian datang menagih dari uang setoran. Tak kuasa aku mehannya jujur saja sedikit gusar dengan itu tapi tak tahu harus pada siapa kegusarannku harus saya lampiaskan. Melihat hal itu saya mengambil keputusan untuk terjun kembali di dunia musik jalanan yang pernah saya selami semasa SMP. Saya sempat berpendapat ”mungkin dunia pengamen masih cinta kepadaku”. Saya langsung terjun mengamen di daerah setempat, kebetulan saya memiliki gitar sendiri yang bisa digunakan. Kondisi disana berbeda dengan kondisi di Lamongan. Di Bojonegoro jarak antar rumah sangatlah jauh, wajar saja disana masih tergolong desa walau di Lamongan juga desa tapi sudah lebih banyak penduduknya. Tetap saja hasil yang aku dapatkan tidak juga cukup untuk mncukupi apa yang menjadi kebutuhanku selama disana. Saya merasa bingung dan kesal.bingung karena tidak tahu harus berbuat apa dan kesal Karen tak tahu apa yang terbaik yang mestinya saya lakukan.

Syukur, Tuhan sungguh adil terhadap semua hambanya. Saya diberikan orang-orang yang baik,asyik, dan menyenangkan. Yang bikin saya sangat beruntung adalah telah diberi kesempatan bergabung dalam organisasi menulis yaitu dalam majalah ZIG-ZAG(ZZ). Disitu saya mngenal bagaimana menulis artikel yang baik bahkan diajari bagaimana menjadi seorang wartawan. Ekskul yang dibina oleh bpk. Prawoto itu memberikan banyak hal yang positif dalam hidupku. Selalu ada orang-orang yang mampu menegarkanku dikala saya membutuhkan tempat sandaran. Menjernikan akal pikiranku. Menenangkan akal jiwa ketika kelap. Dalam itu saya mengenal dua seseorang yang paling dekat dengan saya yaitu Winda dan Maya. Mereka masing-masing memiliki keunggulan dan keunikan.

Suatu saat sekolah kami SMAN 2 Bojonegoro kedatangan band yang sedang naik daun saat itu yaitu D’masiv dalam acaranya keliling sekolah dan kebetulan sekolah kami yang disinggahi. Band yang saat itu sedang ramai dibicarakan membawakan beberpa lagu saja. Saya tidak turut dalam kerumunan siswa yang sedang asik berjoget atau teman-teman ZZ yang sedang meliput berita. Saya duduk di bawa pohon yang rindang dengan pikiran yang entah keman arahnya, perasaan juga diselimuti rasa galau. Mencoba memutar kembali masalah-masalah yang belumklunjung ada penyelesaiannya. Mengulang step by step kejadian mencoba mencari sumber masalah dan tidak saya temukan. Saya merasa tidak ada gunanya mencari sumber dari masalah. Yang terpenting adalah berpikir positif, hanya itu yang saya sanggup lakukan saat itu. Di sela-sela kesibukan temanku yang sedang melipu berita D’masiv menyanyikansebuah lagu yang berjudul “Jangan Menyerah”. Telinga saya menangkap sair indahnya yang sangat cocok dengan situasi yang saya rasakanketika itu. “,, jangan kausesali apa yang telah terjadi”, berlahan-lahan semangat saya bangkit dan saya yakin bahwa ini tidak pantas untuk saya sesali. Dengan penuh penghayatan sair-sair itu melantun dengan merdu dan mampu menyihir hatiku. Mataku hampir saja meneteskan butiran-butiran bening namun ku tahan. Saya harus tetap bersyukur apapun yang saya alami, karena dibalik itu sema ada hikma tersendiri yang indah. Saya sangat yakin bahwa Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang.

Lagu itu mengisyaratkan bahwa kita tidak boleh patah semangat, larut berlama-lamaan dengan keadaan, dan mensyukuri semua apa yang ada, semua yang terjadi dengan diri serta kehidupan kita.karena hidup adalah anugerah terindah. Dengan ketidak sempurnaan yang kita miliki, kita dituntut untuk bertahan, surviv, bangkit menghadapi setiapgelombang yang menerpa pertahanan kit. Itu adalah ujian untuk menjadi manusia yang lebih baik. Kita mulai hari ini bulatkan tekat berjanji pada diri sendiri bahwa kita tidak boleh berputus asa. Selama kita masih bersyukur kenapa kita mesti berputus asa. Tetap semangat. Hari masih panjang dan banyak orang mmbutuhkan kita. So tegakan kepala, singingkan lengan bahu lakukan yang positif. Banyak hal yang mesti kita lakukan.

Saya yakin itu semua dapat menjadikan pribadi yang tegar. Semangaaaaatt,, kita pasti bisaaa,

Komentar

Unknown mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Acute Sickness Mountain (AMS) dan Cara Mengatasinya

Pengais Rizeki

Pagi yang Basah